29 Januari 2013

Mendengar untuk Didengar

Setiap manusia memang unik dengan berbagai macam karakter dan sifatnya. Setiap karakter dan sifat tersebut tentunya tak hanya dipengaruhi oleh gen-gen pembawa sifat gabungan dari kedua orang tuanya, tapi juga dipengaruhi oleh lingungan tempat seseorang tumbuh dibesarkan. Segalanya melalui sebuah proses pembelajaran. Dan tahukah bahwa awal dari sebuah proses belajar adalah melalui kegiatan mendengar ?

Saya mendapatkan inspirasi ini dari seorang dosen yang sedang mengajar di kelas pada suatu hari. Beliau mengomentari perilaku mahasiswanya yang selalu ngebut mencatat segala sesuatu yang ditampilkan di transparasi OHP-nya sebelum mengetahui apa yang sebenarnya mereka catat.

“Mahasiswa Indonesia zaman sekarang itu kalau diberi kuliah mesti sibuk untuk ngebut mencatat apa yang ditampilkan sebelum tahu penjelasannya. Padahal tulisan yang di depan itu juga gak akan lari kemana-mana kok. Seharusnya dengarkan dulu penjelasannya, kalian mengerti dulu isinya, baru dicatat… Kalau ada yang kurang, di akhir kuliah kan kalian bisa minta kopian materinya.”

Ya, mendengarkan terlebih dahulu. Masih di kuliah yang sama, beliau mengingatka kami tentang pentingnya proses mendengarkan.

“Belajarlah seperti bayi yang baru lahir. Awalnya dia tak tahu dan tak bisa apa-apa. Beberapa minggu kemudian, di mulai mencari sumber suara orang-orang di sekitarnya. Barulah beberapa minggu kemudian, dia akan mengenali berbagai macam warna yang mencolok di sekelilingnya. Belajarlah seperti bayi. Mulailah prosesnya dengan mendengarkan.”

Sejak bayi kegiatan mendengar menjadi penting untuk proses belajar kita. Pada orang yang diberi anugerah pendengaran yang normal biasanya kegiatan pembelajaran menjadi lebih mudah, namun bagi sebagian orang yang istimewa karena adanya kerusakan organ pendengarannya, proses belajar seperi berbicara dan komunikasi biasanya terhambat.

Contoh lain adalah ketika kita belajar membaca alfabeth atau huruf hijaiyah saat usia kanak-kanak dulu. Biasanya guru yang mengajarkannya mengucapkan cara melafadzkan huruf alfabeth atau hijaiyahnya bersamaan denga menunjukkan bentuk hurufnya. Tanpa proses mendengar, tentunya belajar membaca pun akan rumit.

Mendengar merupakan sebuah proses bergetarnya gendang telinga oleh gelombang bunyi kemudian diteruskan oleh tulang dan saraf pendengaran lainnya ditelinga, yang akhirnya akan diterima oleh otak. Di otak informasi yang berupa gelombang tadi diproses dan diterjemahkan sehingga manusia dapat menerima berbagai informasi yang ada. Proses selanjutnya adalah menyaring apa yang dianggap penting dan tidak penting, lalu dilanjutkan oleh proses memahami informasi penting tersebut.

Orang bijak berkata : Mendengarlah untuk didengar. Karena dengan proses mendengar itu kita belajar terlebih dahulu untuk mengetahui permasalahan yang ada. Dengan mendengar yang kemudian dilanjutkan dengan proses memahami, maka kita akan lebih bijak untuk melakukan berbagai hal.

Dengan mendengarkan orang lain berbicara lebih dahulu, kita pun belajar untuk berbicara. Maka dengan menjadi pendengar yang baik, yakinlah suatu saat kita bisa menjadi pembicara yang baik yang akan didengar oleh orang lain.

Maka mulailah segala proses belajar kita seperti bayi yang baru lahir, dengan mendengarkan, maka kita pun akan didengarkan.

From: Ratu Anisa

0 komentar:

Posting Komentar