Petualangan Alam Liar

Pengalaman akan keindahan ciptaan Tuhan.

Keindahan yang kurasakan

Pergilah untuk meraih impianmu.

Traditional itu KEREN

Kehilangan Budaya adalah kehancuran Bangsa.

Bukan Emosi

Orang yang paling kuat adalah yang mampu menahan amarah.

Perenungan

Perenungan akan kesalahan-kesalah duniawi.

11 September 2012

Membangun Gerakan Mahasiswa Melawan Kaum Borjuasi NasionalMembangun Gerakan Mahasiswa Melawan Kaum Borjuasi Nasional


Melihat realitas sekarang ini, pergerakan mahasiswa sudah mulai mengalami stagnanisasi. Apakah mahasiswa sudah kehilangan identitas ? ataukah medan gerak mahasiswa telah terpenjara oleh sistem sehingga memunculkan pragmatisme dan apatisme dikalangan kaum intelektual sendiri.

Padahal Sang proklamator sebagai Pemimpin Besar Revolusi telah mengamanatkan kepada mahasiswa dan pemuda-pemudi, agar melalui persatuan dan kesolidan mampu menjadi agen perubahan sekaligus kaum intelektual pengimbang rezim pemerintahan.

Menurut akar sejarah bangsa indonesia mulai masa pergerakan nasional Boedi Oetomo 1908 dan Pemuda 1928, kemerdekaan 17 Agustus 1945, Soe Hok Gie tahun 1966, masa Orde Lama, masa Orde Baru sampai masa Orde Reformasi yang sepenuhnya dimotori oleh pergerakan pemuda dan mahasiswa dalam menegakan tonggak kemandirian bangsa secara jelas.

Namun dalam mencermati perjalanan reformasi seiring dengan proses transformasi kepemimpinan nasional, terdapat sejumlah hal yang patut disimak. Yakni berbagai hal kegiatan yang bernuansa politik muncul dipermukaan, dari yang serius bahkan yang bersifat dagelan muncul tanpa ada rem cakram pencegahnya alias blong.

Mulai dari detik, menit, hari, minggu, bulan, tahun hingga saat ini, pengaruh akan mahasiswa dalam melakukan pergerakan serta perubahan Bangsa Indonesia tenyata telah ditutupi oleh mereka yang menjalankan birokrasi secara KKN, yang semakin parah seiring dinamika negeri ditambah lemahnya daya ingat Anak Bangsa akan tragedi saat ini sehingga kemudian nyaris menuju peti es atau malah cukup menjadi arsip catatan sejarah.

Bercermin dengan kasus yang telah terjadi sebelumnya serta masih banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang tidak diselesaikan secara tuntas, mulai dari pembunuhan massal 1965, pelanggaran HAM di Aceh dan Papua, Kasus Tanjung Priok, Kasus Way Jepara-Lampung, Penculikan Para Aktivis Pro-Demokrasi 1997/1998, Kasus 27 Juli 1996, Tragedi Trisakti, Tragedi Mei 98, Tragedi Semanggi I, Tragedi Semanggi II, Kasus Ambon, Kasus Poso, Kasus Pembunuhan Pejuang Penegak HAM Munir, Priok Berdarah, Kasus Korupsi pada tiap bank mulai dari BI, BLBI, Bank Century, hingga Markus yang didalangi dan dibekingi oleh elit-elit politik dan pejabat-pejabat teras yang haus harta dan kekuasaan hingga tega mengorbankan dan menindas rakyat.

Begitu juga dengan kasus yang terjadi di daerah kita sumatera barat yang masih belum mendapat kejelasan-kejelasan sampai detik ini.

Permainan ketoprak humor para politisi ini mulai membingungkan rakyat bahkan cenderung membawa rakyat kepada keputusasaan sosial, ekonomi yang morat-marit, budaya yang semakin terkikis, dan program pendidikan yang tidak jelas sehingga makin membawa rakyat menuju jurang ketidakpercayaan atas perjalanan reformasi dan demokratisasi.

Persoalan ini menjadi dilema yang seakan-akan sulit terpecahkan.

Demikian juga dengan gerakan pro demokrasi yang sangat sulit untuk melepaskan diri dari beban mental proses reformasi ini, ditambah kemunculan kekuatan-kekuatan fundamentalis makin menampakan wajah sangar dari sebuah bias reformasi, entah atas nama kepentingan murni ataukah hanya karena kepentingan kelompok atau bahkan bagian tidak terpisahkan dari strategi kekuatan pro status quo dalam upaya pengalihan tuntutan reformasi sejati dan semua peristiwa yang ada menjadikan daya gerak dan daya dobrak kaum pergerakan menjadi makin keblinger.

MAU KEMANA GERAKAN MAHASISWA?

Pertanyaan yang sekiranya muncul adalah sebuah retorika yang tidak terlalu membutuhkan jawaban teoritis namun justru membutuhkan kerja praktis dan kongkrit

Posisi dilematis memang sedang dihadapi oleh kalangan gerakan pro demokasi terutama gerakan mahasiswa yang sedang dalam keadaan ironis.

Perubahan konstelasi politik yang berubah cepat hampir setiap sepersekian detik, sangat mempengaruhi kajian dan analisa dari gerakan mahasiswa dan secara tidak langsung sangat mempengaruhi kinerja dari gerakan mahasiswa.

Secara tidak langsung kemudian timbul sebuah pertanyaan dalam jiwa kita apa yang harus dilakukan oleh gerakan mahasiswa ditengah kancah permainan dan manuver borjuasi nasional ini?

Kembali Ke Sektor Kaum Buruh dan Rakyat

Tentunya akan ada pertanyaan lanjutan dari pernyataan ini. Diakui atau tidak bahwa rakyatlah yang paling menentukan dalam proses perubahan bangsa ini, dan gerakan untuk kembali ke rakyat harus dimulai dalam upaya membangun kesadaran politik di kalangan msyarakat bawah (grass root).

Tidak akan pernah ada revolusi yang berhasil tanpa disertai oleh massa yang sadar (Soekarno), pernyataan dari mantan revolusioner tersebut seharus dicamkan oleh kalangan gerakan mahasiswa jika ingin mewujudkan perubahan yang sejati.

Penyadaran itu dapat dimulai dengan mengadakan pendampingan-pendampingan pada daerah berkasus, dan ini sangat signifikan untuk dilakukan karena pada dasarnya jiwa perlawanan ada pada setiap manusia yang mengalami penindasan secara langsung.

Namun perlu ditegaskan disini, pendampingan sekaligus penyadaran politik bukan berarti datang dan terus menjadi malaikat.

Kesadaran yang dibangun bukan dengan memberikan pendidikan sistematis ataupun pendidikan ala bankir, dimana masyarakat hanya menerima dan dijejali dengan teori tertentu sebagai upaya penyadaran hak sebagai warga negara, namun yang lebih mendasar adalah memberikan penyadaran tentang hak mereka dan selanjutnya menempatkan masyarakat ini sebagai subyek dari proses pendidikan ini.

Pendidikan ini dikatakan berhasil apabila masyarakat sudah bisa melepaskan diri dari sikap fatalismenya dan mempunyai mobilitas yang tinggi serta secara aktif terlibat dalam sistem politik. Penumbuhan kesadaran ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya bahaya laten kerinduan terhadap Orde Baru dan juga hegemoni rezim korporatokrasi, pada akhirnya pendidikan ini berupaya untuk membuat rakyat memiliki, Goldman, kesadaran riil melalui kesadaran yang sangat memungkinkan (real consciuosness through maximal possibble consciuosness, Paulo Freire) yang merupakan inti dan dasar dari sebuah revolusi.

Kembali Ke Kampus

Bukan berarti bahwa gerakan kembali ke kampus disini sama dengan gerakan NKK/BKK, tapi berupa penilaian dan refleksi yang sangat obyektif dalam memandang arah dan pola gerakan mahasiswa. Berkaca dari gerakan mahasiswa di daratan Eropa dan Amerika Latin tahun 60-an, dimana sebagian besar gerakan rakyat tumbuh dari akumulasi gerakan / gejolak dalam kampus.

Ini seharusnya menjadi acuan yang sangat mendasar bagi pola gerakan di negara ketiga khususnya Indonesia.

"Kembali ke kampus" bukan berarti mahasiswa untuk seterusnya menjadi kutu buku, namun gerakan ini harus mulai membangun kekuatan untuk sebuah revolusi pendidikan.

Mau tidak mau harus diakui bahwa menyurutnya gerakan mahasiswa juga sebagai akibat dari sistem pendidikan Indonesia yang sangat menindas.

Kondisi ini yang sekarang harus mulai didobrak oleh kalangan pro demokrasi, dan ini telah dilakukan oleh sebagian besar kampus di Indonesia, namun semua ini barulah pada tahapan permukaan belum pada tataran yang lebih substansional.

Penyadaran tentang hak politik mahasiswa dan pemahaman tentang penindasan negara melalui sistem pendidikan harus mulai diinjeksikan kepada kalangan grass root mahasiswa sebagai upaya membangun kekuatan dan konsolidasi menghadapi manuver kaum borjuasi nasional.

Sehingga dalam kurun beberapa waktu kedepan bukan sekadar segelintir aktivis mahasiswa tetapi akan tumbuh ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang siap untuk revolusi.

Dua hal ini sekiranya yang harus dilakukan oleh gerakan mahasiswa ditengah permainan elit politik sekarang ini. Dengan mempertimbangkan situasi nasional dan psikologis rakyat yang sudah mulai jenuh dengan perjalanan reformasi total yang belum tuntas, sudah seharusnya gerakan mahasiswa mengubah pola gerak yang ada, namun tetap harus disesuaikan dengan kondisi tiap daerah tertentu.

Namun begitu disadari bahwa kondisi geografis Indonesia yang sebagian besar dibatasi oleh lautan, tidak memungkinkan melakukan gerakan seperti mahasiswa di belahan Amerika Latin dan Eropa dengan pola bola saljunya.

Tetapi keterbangunan musuh bersama (common enemy) dikalangan gerakan mahasiswa terutama di kalangan gerakan mahasiswa yang radikal sudah semestinya dilakukan untuk sebuah gerakan yang masif.

Dengan melakukan penyadaran di kedua sektor ini maka suatu saat dalam sebuah momentum politik yang tepat, maka diyakini akan timbul sebuah perlawanan dari rakyat yang sadar.

Dan pola ini bukan berarti meninggalkan tuntutan reformasi tetapi justru menjadi entry point yang sangat kuat untuk melangkah kepada tuntutan itu dengan meminimalisir ketakutan rakyat akibat kesadaran politik yang semu dari negara.

Membangun kekuatan dimana rakyat melakukan perlawanan bukan atas dasar ajakan tetapi lebih karena sadar akan adanya ketertindasan. Educacao como practica da liberdade (Paulo Freire), pendidikan adalah sebagai praktik pembebasan keyakinan akan massa yang sadar dan keyakinan akan sebuah pendidikan pembebasan, maka sudah seharusnya gerakan mahasiswa tidak ragu-ragu lagi dengan gerakan penyadaran dan pengorganisiran massa.

Salam Perjuangan Kawan.!!!!


Sumber : Kariadil Harefa, (Mentri Luar Negeri Badan Eksekutif Masyarakat Mahasiswa Universitas Bung Hatta)

09 September 2012

Tips Cara Mendapatkan Pacar Cewek Cantik

Siapa yang nggak ingin dapat cewek cantik atau cakep untuk dijadikan pacar. Nah, gimana tips atau cara mendapatkan pacar cewek cakep?

1. Penampilan (fashion)

Penampilan fashion itu adalah hal yang paling pertama dilihat dan faktor pertama yang bisa bikin cewek tertarik. Menurut psikolog, cewek menilai penampilan cowok hanya dalam waktu beberapa detik. Kalo penampilan si cowok dianggap menarik, cewek akan menganggap cowok itu sebagai cowok yang potensial untuk menjadi lebih dari sekedar teman.

Kalo penampilan agan kurang maksimal, hal ini bisa berakibat menjadi kurangnya rasa percaya diri kamu dalam hal urusan deketin cewek. Coba liat deh cewek yang berkualitas, pasti selalu berpenampilan terbaik kemanapun pergi. Jadi buat kamu yang merasa penampilannya kurang menarik silahkan di upgrade penampilannya, dijamin bakal ada efek positif buat diri kamu.

2. Grooming

Artinya kamu mesti merawat diri. Contohnya: muka gak boleh kusam, kumis atau jenggot gak boleh berantakan, bulu hidung gak kepanjangan,dll. Kalo cewek cantik aja menghabiskan waktu berjam-jam untuk merawat dirinya supaya terlihat lebih cantik, pun cowok yang dia cari adalah cowok-cowok yang terawat pula. Terawat bukan dalam arti bersolek sama kaya cewek ya.

3.Kemampuan Romansa

Nah sebenernya poin ketiga ini yang jadi senjata utama buat dapetin cewek cakep manapun, kamu mesti tau gimana cara membuka sebuah pembicaraan sama cewek yang belum kamu kenal. Trus gimana sih cara PDKT yang tepat biar gak sakit hati, trus gimana sih cara SMSan yang bener supaya gebetan makin lengket. Jangan sampai salah langkah, bisa-bisa gebetan jadi ilfiel.

Nah itu tadi Cara Mendapatkan Pacar Cewek Cantik  Semoga bermanfaat buat sobat semua :)

(sumber: kaskus)

04 September 2012

Mahasiswa Apatis VS Idealis


Mengutip judul pernyataan salah seorang kawan dalam postingan tulisannya di situs jejaring sosial. Mahasiswa yang apatis versus mahasiswa idealis (aktivis). Saya tertarik untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan mahasiswa.? Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Sejak tahun 1908 sampai dengan tahun 1998, mahasiswa menjadi penyeimbang pemerintah yang represif, diktator dan bertindak semena-mena. Mengapa Harus Mahasiswa???

Mungkin dalam benak kita muncul pertanyaan itu. Mengapa harus mahasiswa, siapa sebenarnya mahasiswa? Berdasarkan karakterisitik alamiahnya, mahasiswa memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan elemen – elemen masyarakat lainnya. Sebagai seorang yang memiliki jiwa muda, mahasiswa merupakan sesosok figur yang bisa dikatakan memiliki karakter yang masih memiliki idealisme yang tinggi dalam berjuang, mereka tidak segan – segan untuk menyuarakan kekesalan dan kritik mereka terhadap siapapun yang mereka anggap menyimpang dari kondisi ideal. Mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang sedang menjalankan aktifitas pendidikan yang terbilang tinggi sehingga mereka beranggapan bahwa ilmu yang mereka dapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk mengabdikan diri ke masyarakat. Mahasiswa juga dikenal kreatif dalam membangun ilmu yang didapatkannya serta mengaplikasikannya ke masyarakat karena secara biologis mahasiswa masih memiliki kondisi yang fresh untuk berpikir dan bertindak secara fisik. Mahasiswa juga memiliki keingintahuan dan sikap kritis yang tinggi terhadap kondisi di sekitarnya, dan dengan modal intelektualitas yang ia punya ia senantiasa mampu untuk memperjuangkan kondisi sosial yang dilihatnya agar menjadi lebih ideal dan dinamis.

Mungkin hal inilah yang menjadi faktor utama mengapa mahasiswa yang selalu menjadi aktor peradaban dan tulang punggung perjuangan bangsa dalam membangun peradabanya, bahkan seorang Soekarno juga mengakui kemampuan yang dimiliki pemuda mahasiswa tersebut melalui statementnya “berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncang dunia”. Dan memang begitu lah kenyataannya dan fakta yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Namun Saat ini, sejujurnya mahasiswa kehilangan jati dirinya. Jika dulunya mahasiswa terlihat garang terhadap birokrasi dan pernah menjadi momok menakutkan bagi aparat birokrasi yang berkuasa saat itu,Gerakan mahasiswa saat ini menjadi mandul. Idealisme yang diagung-agungkan sejak masa lampau akhirnya dengan sendirinya tergerus oleh zaman yang menghadirkan persaingan yang tidak sehat. Mahasiswa tidak berdaya lagi dihadapan para birokrasi. Kenapa dan apa penyebabnya?

Salah satu penyebab yang saya yakini kenapa mahasiswa tidak berdaya lagi dihadapan birokrasi,karena mahasiswa saat ini tidak sejalan dan satu tujuan lagi dalam kehidupan di dunia kampus. Di dalam kampus Mahasiswa mengkotak-kotakkan diri dalam dua blok. Blok mahasiswa Idealis dengan Blok Mahasiswa Apatis. Dua blok inilah yang saya yakini selalu bersengketa dikampus manapun. ‘Mahasiswa aktivis’ menganggap ‘mahasiswa apatis’ sebagai mahasiswa yang tidak peka, pragmatis, oportunis, pengkhianat intelektual, atau belum menyadari hakikatnya sebagai mahasiswa. Sebaliknya ‘mahasiswa apatis’ menganggap ‘mahasiswa aktivis’ sebagi orang-orang yang tidak ada kerjaan, yang sok ikut campur, keras kepala, cari ketenaran dan mengidap penyakit sok pahlawan.

Hari ini jumlah mahasiswa yang cenderung bersikap apatis dan hedonis yang selalu mengikuti perkembangan zaman dengan segenap perubahan global, lebih banyak daripada mahasiswa yang mau berdiskusi dan senantiasa menyuarakan hak-hak dasar rakyat. Memang dilematika gerak dan langkah mahasiswa tersebut tak dapat kita salahkan sepenuhnya kepada mahasiswa itu sendiri. Dari kedua Blok ini memang mahasiswa yang memilih dalam blok Apatis memang lebih banyak. Jika dipersentasekan di setiap kampus diseluruh Indonesia, mahasiswa yang menjadi bagian blok Apatis ada 80% sedangkan untuk mahasiswa yang memilih tetap mempertahankan dan mewariskan perjuangan para mahasiswa terdahulu yang pernah berdarah-darah ketika memperjuangkan dan merebut kemerdekaan, Malari, menjatuhkan diktator soeharto,dll hanya 20 %. Banyaknya mahasiswa yang memilih menjadi bagian Blok Apatis (rumah-kampus-rumah). Dalam kasus ini kita tidak bisa menghakimi kawan mahasiswa yang tidak peduli terhadap persoalan rumit bangsa ini..Mungkin karena tuntutan hidup yang tidak menganjurkan mahasiswa untuk berlama-lama di kampus. Kuliah hingga 5 tahun atau lebih saat ini, bukan sebuah hal yang patut untuk dibanggakan. Biaya kuliah semakin mahal dari tahun ke tahunnya. Sehingga pilihannya cuma kuliah dan kuliah. Tidak untuk yang lainnya. Namun Pengkotak-kotakan dalam Mahasiswa seharusnya tidak perlu ada kotak yang memisahkan mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, yang hendak berbuat banyak bagi orang lain disekitar, sebenarnya inilah pilihan yang sebenarnya.

Sejatinya mahasiswa merupakan sebuah kekuatan besar yang telah mencatatkan namanya pada panggung sejarah di negeri ini. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. perihal tinta emas yang telah digoreskan oleh mahasiswa terdahulu yang mampu membawa perubahan dalam bangsa ini. Mungkin sejarah gerakan mahasiswa ini layaknyalah kita jadikan sebagai bahan refleksi kita semua khususnya yang sekarang menjadi seorang mahasiswa bahwa inilah sebenarnya peran dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa yang telah ditunjukkan oleh para pendahulu kita yang sudah terlebih dahulu menancapkan tombak perubahannya di negeri ini. Lantas kita yang seharusnya melanjutkan perjuangan mereka harus bagaimana??? apakah sejarah ini layak kita sia-siakan dengan keapatisan kita selama ini?? Menghilangkan pengkotakan dan menyatukan kembali seluruh elemen mahasiswa di bawah panji ”kedaulatan rakyat” ataukah malah sebaliknya? Tetap terkotak-kotak sebagai bagian dari tuntutan perkembangan zaman yang tidak berpihak bagi perkembangan bangsa ini agar lebih baik dan sehat. ?

Sumber : Kompasiana

02 September 2012

IPK TINGGI VS ORGANISASI MAHASISWA

Banyak orang menganggap menjadi seorang mahasiswa adalah sesuatu yang membanggakan., karena menjadi mahasiswa bagi sebagian masyarakat berpendapat bahwa mereka adalah orang yang cerdas, berpendiddikan, mempunyai pola pikir yang lebih maju, dan mapan berasal dari lingkungan berada. Namun disisi lain ada pula yang berpendapat mahasiswa yang kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN / Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ternama baru bisa dikatakan mahasiswa yang mempunyai kemampuan lebih dan kecerdasannya dapat bersaing setelah lulus mendapat gelar nanti. Tapi bagi masyarakat yang berpikir anak mereka harus kuliah meskipun tidak di perguruan tinggi ternama, mereka berpikir sebuah perguruan tinggi ternama bukanlah jaminan bagi anak mereka untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Bagi mereka apabila anak mereka memang mempunyai potensi maka mereka akan sukses. Dilihat dari fenomena ini apakah seorang mahasiswa yang mempunyai IPK tinggi atau organisasi mahasiswa, mana yang lebih berguna?

Hal ini cukup beralasan mengingat bahwa ada mahasiswa yang lebih mementingkan nilai yang sempurna sehingga di akhir semester mereka mendapatkan IPK tinggi dan memuaskan dan konon itu dapat menguntungkan bagi mahasiswa itu sendiri ketika melamar pekerjaan. IPK kadang menjadi momok yamg menyeramkan ketika seorang mahasiswa yang mempunyai tingkat kecerdasan dan kemampuan yang pas-pasan., karena mereka harus mengulang salah satu mata kuliah yang dianggap gagal dalam mendapatkan nilai yang baik/sempurna, ini merupakan salah satu alasan kenapa mahasiswa tidak lulus tepat pada waktu kelulusan yang telah ditentukan.

Akan tetapi bagi mahasiswa yang berpikir bahwa IPK tinggi bukan jaminan sukses didunia kerja, melainkan seorang mahasiswa juga harus bisa berorganisasi sebagai bekal mereka kelak dalam menghadapi dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat. Setidaknya mereka pernah mengenal bagaimana cara kerja didalam suatu organisai. Melalui organisasi mahasiswa, mereka dapat berlatih dalam dunia politik, seni, ekonomi dan sosial. mempunyai pengalaman membuat struktur organisasi serta pengalamn memimpin dan dipimpin.

Oraginisasi mahasiswa dibentuk bukan tanpa alasan, organisasi mahasiswa didirikan dalam rangka mengembangkan potensi diri kearah perluasan wawasan, peningkatan cendikiawan dan pengembangan potensi mahasiswa yang mempunyai bakat atau potensi tependam. Hal ini bisa dianggap sebagai pemanasan sebelum mereka terjun langsung ke dunia kerja yang nantinya juga menuntut mereka untuk masuk dalam sebuah organisasi.

Memang dalam hal ini organisasi mahasiswa dianggap tidak mempunyai peranan penting didalam perkuliahan di kelas, tapi disisi lain ini berguna dan melatih mental mereka untuk beropini, berdebat dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam bergaya bicara yang baik dalam mengahadapi lawan bicara. Menurut kenyataan yang ada mahasiswa yang telah terjun dalam dunia organisasi pasti mental mereka lebih berani dan tidak canggung untuk kritis dan mengeluarkan pendapat maju didepan audience,sealin itu sedikit banyak kita berlatih untuk bertanggug jawab moral kepada orang lain, didalam perkuliahan juga sedikit banyak menuntut mahasiswa untuk kritis dalam pelajaran serta berpendapat mengeluarkan argumen-argumen yang ada. Kita tidak hanya pasif dalam mendapatkan ilmu pengetahuan tapi kita juga berlatih memecahkan masalah sendiri. Ini merupakan pengalaman yang berharga yang tidak ternilai harganya karena sedikit banyak kita telah terbiasa dan mempunyai mental yang kuat menghadapi kenyataan, tahu cara kerja organisasi hingga manifestasi penyiapan diri untuk menjadi agents of change setelah menyelesaikan studi dan kembali kemasyrakat.

Memang IPK tinggi merupakan syarat mutlak bagi seorang mahasiswa karena seorang mahasiswa bisa dikatakan berhasil dan menguasai bidangnya apabila mereka lulus dengan hasil yang memuaskan selama menyelesaikan studinya bertahun tahun. Namun apakah langsung berpuas diri dengan IPK yang tinggi jika tidak ada bekal pengalaman nyata berorganisasi serta pelatihan mental yang cukup dalam menghadapi kehidupan bermasyrakat. Bagaimanapun juga, kita yang melakukan tugas tersebut sebagai seorang mahasiswa. Apakah kita harus memilih mana yang lebih berguna kelak. Setidaknya kita bisa menyimpulkan sendiri apakah dengan bergabung di organisasi mahasiswa kita dapat melatih mental kita, dan apabila kita memilih IPK tinggi lebih penting sebagai bekal di dunia kerja. Itu semua kembali kepada diri kita dalam mengambil keputusan yang terbaik dalam kehidupan kita.


( oleh: Rosyida Hermawati, Mahasiswi FKIP-PBI UMK)